Palawijakuhijau - Kakao (Theobroma cacao L.) adalah pohon budidaya diperkebunan yang berasal dari Amerika Selatan, namun sekarang ditanam di berbagai kawasan tropis. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat.
Berikut adalah cara menanam Kakao/Coklat yang baik dan benar :
1. Pemilihan Bibit Kakao yang unggul
Pemilihan bibit kakao dapat dibeli langsung dari para petani kakao yang sudah berpengalaman. Ciri bibit kakao yang unggul yakni terbebas dari penyakit, memiliki benih atau bibit yang sehat tidak dimakan tungau (jika pembibitan melalui biji), mempunyai akar, batang, serta daun yang nampak segar dan tidak cacat. Untuk memperoleh bibit kakao dapat diperoleh dari hasil penyemaian biji kakao, atau dapat melakukan perkembangbiakan tanaman secara vegetatif yakni seperti cangkok batang, stek batang, proses penyilangan (menempel). Setelah bibit disiapkan, mari ikuti langkah selanjutnya. Jika proses penanaman kakao dilakukan dari biji, maka dapat dilakukan perkecambahan biji terlebih dahulu di dalam kantong polibek. Biasanya perkecambahan biji kakao dapat tumbuh selama 1-30 hari dengan intensitas perawatan yang teratur. Pemberian air (penyiaram) adalah tahapan sangat penting untuk menjaga agar tekstur tanah tetap lembab sehingga mempercepat laju perkecambahan biji. Selanjutnya jika bibit kakao sudah siap tanam, maka segera ditanam pada lokasi tanam yang tepat.
2. Pengolahan Tanah dan Pembuatan Lubang Tanam
Seperti yang telah dijelaskan di atas, tanah yang cocok untuk menanam kakao di kebun agar berbuah lebat yakni tanah yang gembur, memiliki banyak unsur hara, serta tanahnya jenis tanah liat lempung berpasir. Buatkan lubang tanam ukuran 50x50 cm (panjang x lebar). Serta ketinggian lubang tanam yakni 25-30 cm. Sebelum ditanam, sebaiknya di bagian dasar lubang tanam diberikan pupuk kandang yang sudah dicampur tanah dengan perbandingan 1:1 dan dapat ditambahkan pupuk TSP 1-3 gram per lubang tanamnya.
3. Menanam Bibit Kakao dan Pengajiran
Pemilihan bibit kakao dapat dibeli langsung dari para petani kakao yang sudah berpengalaman. Ciri bibit kakao yang unggul yakni terbebas dari penyakit, memiliki benih atau bibit yang sehat tidak dimakan tungau (jika pembibitan melalui biji), mempunyai akar, batang, serta daun yang nampak segar dan tidak cacat. Untuk memperoleh bibit kakao dapat diperoleh dari hasil penyemaian biji kakao, atau dapat melakukan perkembangbiakan tanaman secara vegetatif yakni seperti cangkok batang, stek batang, proses penyilangan (menempel). Setelah bibit disiapkan, mari ikuti langkah selanjutnya. Jika proses penanaman kakao dilakukan dari biji, maka dapat dilakukan perkecambahan biji terlebih dahulu di dalam kantong polibek. Biasanya perkecambahan biji kakao dapat tumbuh selama 1-30 hari dengan intensitas perawatan yang teratur. Pemberian air (penyiaram) adalah tahapan sangat penting untuk menjaga agar tekstur tanah tetap lembab sehingga mempercepat laju perkecambahan biji. Selanjutnya jika bibit kakao sudah siap tanam, maka segera ditanam pada lokasi tanam yang tepat.
2. Pengolahan Tanah dan Pembuatan Lubang Tanam
Seperti yang telah dijelaskan di atas, tanah yang cocok untuk menanam kakao di kebun agar berbuah lebat yakni tanah yang gembur, memiliki banyak unsur hara, serta tanahnya jenis tanah liat lempung berpasir. Buatkan lubang tanam ukuran 50x50 cm (panjang x lebar). Serta ketinggian lubang tanam yakni 25-30 cm. Sebelum ditanam, sebaiknya di bagian dasar lubang tanam diberikan pupuk kandang yang sudah dicampur tanah dengan perbandingan 1:1 dan dapat ditambahkan pupuk TSP 1-3 gram per lubang tanamnya.
3. Menanam Bibit Kakao dan Pengajiran
Penanaman bibit kakao dapat dilakukan di area atau
secara tumpangsari di area penanaman tumbuhan lain. Jika bibit kakao
diperoleh dari biji, maka proses penanamannya yaitu pertama kali melepas
bibit tanam dari pot polybek secara perlahan dan usahakan tidak ada
bagian akar yang tertinggal. Ambil bibit tanam dari polybek tersebut
bersama dengan tanahnya, kemudian masukan bagian akarnya ke dadar lubang
tanam, lalu timbun dengan tanah yang sudah dicampurkan pupuk kandang
dan pupuk TSP tadi. Pastikan bagian tunas batang dan daun berada pada
bagian permukaan tanah dan tidak tertutup tanah. Selanjutnya, apabila
penanaman bibit kakao dilakukan melalui cara vegetatif seperti
mencangkok, menyambung, stek batang dan lainnya, maka caranya yaitu
mengubur bagian akar bibit vegetatif tersebut di dalam lubang tanam yang
sudah disiapkan, kemudian timbun dengan tanah yang sudah dicampuri
pupuk TSP dan pupuk kandang. Selanjutnya masing-masing lubang tanam yang
sudah ditanami kako dibuatkan ajir yang terbuat dari bambu setinggi
80-100 cm agar tanaman dapat terlindungi dari hewan herbivora seperti
sapi atau kambing. Kemudian terakhir yaitu tanah di sekitar lokasi
penanaman bibit kakao disiram dengan air bersih rutin setiap pagi dan
sore, serta pastikan bahwa tanah selalu lembab dan tidak kering.
4. Perawatan Dasar Bibit Kakao Hingga Dewasa
Perawatan dasar bibit tanaman kakao pada dasarnya sama dengan tanaman lainnya, yaitu meliputi penyiraman rutin selama proses tanam yaitu 1-2 kali dalam sehari, kemudian proses pemupukan yang dilakukan tiap 1 bulan sekali menggunakan pupuk kandang dan pupuk TSP atau Urea secara bergantian, yaitu dengan membuat lubang pupuk di sekitar tanaman kakao dengan cara di koak, caranya pupuk tersebut dimasukan ke dalam lubang pupuk lalu ditutup kembali. Selanjutnya, proses penyiangan tanaman kakao, yaitu memastikan bahwa tidak ada gulma (rumput liar) yang tumbuh di sekitar tanaman. Apabila terdapat rumput liar segera cabut hingga kebagian akar agar tidak menghambat pertumbuhan tanaman kakao. Untuk memperoleh tanaman kakao dengan buah yang banyak, maka dapat dilakukan proses pemangkasan pada bagian ranting, atau sebagian batangnya. Pemangkasan ditunjukan untuk pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik. Pemangkasan ada beberapa macam yaitu;
- Pangkas Bentuk, yakni dilakukan pada umur satu tahun setelah munculnya cabang primer (jorquet) atau sampai dengan umur tanam 2 tahun dengan meninggalkan tiga cabang primer yang baik dan letaknya simetris;
- Pangkas Pemeliharaan, yakni bertujuan untuk mengurangi pertumbuhan vegetatif tanaman yang berlebihan dengan cara menghilangkan tunas air (wiwilan) pada batang pokok atau cabangnya;
- Pangkas Produksi, yakni betujuan agar sinar matahari dapat masuk dan mengenai seluruh atau sebagian tanaman sehingga proses pembungaan kakao lebih efektif yang terbentuk. Pangkas jenis produksi tergantung keadaan dan musim. Sehingga ada juga isitilah pangkas ringan dilakukan saat musim kemarau, dan pangkas berat dilakukan pada musim hujan;
- Pangkas Restorasi, yakni memotong bagian ranting atau percabangan batang, daun yang telah rusak dan memelihara tunas air atau dapat dilakukan dengan side budding.
5. Proses Pemanenan dan Pemasaran Buah Kakao
Buah kakao yang sudah siap panen umumnya memiliki buah matang dengan ciri: Kulit buah sudah berwarna kuning orange atau jika dari varietas kakao merah, maka kulit buah sudah terlalu berwarna merah tua, tangkainya sudah agak berwarna cokelat dan siap petik. Kakao dapat diambil bijinya jika sudah matang, sementara daging buahnya dapat dimakan langsung dengan cara diemut. Rasa daging buah kakao yang sudah matang terasa manis sekali, tak heran jika muda-mudi serta anak-anak yang gemar memakan buah cokelat (kakao). Pemanenan kakao yaitu memetik buah yang sudah matang. Potong tangkai buah dengan menyisahkan 1/3 bagian tangkai buah. Pemetikan sampai pangkal buah akan merusak bantalan bunga sehingga mengakibatkan pembentukan bunga terganggu, dan jika hal ini dilakukan secara terus-menerus maka produksi buah kakao akan menurun. Buah yang dipetik biasanya memiliki umur 5,5 - 6 bulan sejak dari proses pembungaan awal. Buah yang dipetik dimasukan dalam keranjang buah atau bakul, karung dan selanjutnya buah yang terkumpul tersebut dikumpulkan dekat rorak. Proses pemanenan kakao dilakukan pada pagi hari, dan pemecahan buah kakao siang hari. Kemudian biji kakao dikeluarkan dan dimasukan ke dalam karung, sedangkan kulit buahnya dimasukan ke dalam rorak yang tersedia.
Di pasaran harga kakao cukup melambung tinggi seiring dengan minat di pasaran industri makanan. Harga biji kakao kering di Lampung tiap kilogramnya dibandrol harga berkisar Rp. 24.000,00-, sampai Rp.30.000,00,-. Tentu harga ini tidak selamanya berlaku untuk wilayah lain di Indonesia. Kakao dapat didistribusikan secara langsung di berbagai industri cokelat dan makanan ringan, industri minuman, wafer, dan lainnya. Kakao juga dapat langsung diproduksi oleh petani kakao sendiri yaitu membuatnya menjadi bubuk ceffe cacao yang proses pembuatannya sama dengan membuat bubuk kopi robusta maupun kopi arabika. Coffe cacao di provinsi Lampung banyak dijumpai mengingat banyak sekali petani kakao yang membuat bubuk kakao tersebut setiap usai panen.
6. Pengelolaan Hasil Panen Buah Kakao (Cokelat)
Proses pengelolaan biji kakao dapat ditempuh melalui beberapa tahapan seperti berikut ini:
- Fermentasi adalah tahap pengelolaan biji kakao, yakni bertujuan untuk menghilangkan pulp kakao (lendir pada bagian biji), menghilangkan daya tumbuh biji, merubah warna biji, serta untuk memperoleh cita rasa yang enak dan aroma yang menggiurkan;
- Pengeringan biji kakao, yaitu mengeringkan biji kakao yang sudah difermentasi di bawah terik matahari. Tujuan dari pengeringan biji yakni untuk menghambat pertumbuhan mikroba, jamur, dan bakteri patogen berbahaya. Pengeringan biji dapat langsung dilakukan di bawah terik matahari selama 7-9 jam atau menggunakan kompor pemanas dengan perkiraan suhu 60-700 derajat celcius selama 60-80 jam. Kadar air yang baik setelah pengeringan yaitu 6%;
- Sortasi, bertujuan untuk memperoleh ukuran tertentu dari biji kakao yang dikelompokkan berdasarkan besarnya biji sesuai permintaan pasar. Adapun syarat mutu biji kakao berkualitas yaitu tidak terfermentasi maksimal 3%, kadar air maksimal 7%, serangan hama penyakit 3% dan tentunya bebas dari kotoran.
Demikianlah cara menanam kakao/coklat yang baik dan benar.
Comments
Post a Comment